Budaya Berbagi

Pernah dengar atau membaca istilah Sharing is Caring? atau arti sederhananya dengan berbagi berarti kita perduli. Berbagi juga bisa dalam banyak hal, antara lain yang paling gampang adalah berbagi pikiran. Kenapa kita harus saling berbagi? Karena kita pada dasarnya adalah makhluk sosial sudah seharusnya lah hidup saling berdampingan, dan alangkah lebih baiknya kita bisa saling memberi tanpa berharap menerima.

Di tulisan kali ini saya akan membagi pikiran saya apa itu pro dan kontra berbagi ke sesama, yuk...

1. Berbagi Pikiran
Ini adalah hal yang paling mudah dan GRATIS. Setiap hari kita bersosialisasi dengan orang lain dan berbagi pikiran serta ide kita, entah orang lain menerimanya atau pun menolaknya. Hal yang baik adalah kita bisa memberikan ide atau informasi yang orang lain belum tau, tapi adakalanya jika itu berlebihan akan membuat orang lain terganggu. Jadi alangkah bijaksananya jika kita bisa memilah mana pikiran baik yang harus di bagikan, atau mungkin pikiran yang jelek biar kita renungkan sendiri untuk segera diperbaiki.

2. Berbagi Ilmu
Banyak orang pintar di dunia ini, walaupun tak bisa dipungkiri yang bodoh pun juga ngga sedikit. Berbagi ilmu itu ngga susah kok asal mau. Tapi entah kenapa banyak orang yang "katanya" pintar malah menutup rapat-rapat jendela ilmunya untuk dibagikan ke orang lain yang membutuhkan. Menurut saya pribadi, semakin ilmu yang dimiliki tertutup rapat di dalam kepalanya, maka ilmu yang dipunyai cuma akan segitu-gitu aja. Berbagi ilmu justru akan memaksa kita berpikir lebih kreatif, karena menyampaikan ilmu ngga semudah kita menerimanya. Pernah terpikir ngga pada saat kita bertanya ke guru atau dosen kita apakah semua pertanyaan yang kita tanyakan itu dimiliki jawabannya oleh guru atau dosen kita? Belum tentu! Saat kita bertanya dengan kritis ada kemungkinan si pemberi ilmu akan berpikir keras dan menemukan ilmu baru untuk menjawabnya. Jadi bisa dibilang ini win-win solution. Tapi ngga semua ilmu itu berdampak baik karena ada beberapa kalangan yang ngga bisa menerima ilmu yang memang ngga cocok untuk dirinya dan kalo ilmu ini salah diajarkan ke orang yang ngga bertanggung jawab malah nantinya akan merugikan orang lain.

3. Berbagi Kehidupan
Apa pula itu? Pernah kepikir ngga, uang sekolah yang orang tua kita bayarkan di sekolah itu untuk apa? Yang pasti untuk menggaji jerih payah guru kita, dan gaji itu akan menghidupi keluarga guru kita. Ada juga jenis berbagi kehidupan yang lain seperti bersedekah, memberikan orang lain pekerjaan, atau mungkin mendonorkan darah kita. Yang pasti dari contoh ketiga jenis ini akan menghasilkan timbal balik yang baik untuk kita. Seperti mendonorkan darahnya, sepertinya ngga ada kebaikan yang bisa kita dapatkan secara langsung, eits... siapa bilang? Dengan mendonorkan darahnya secara rutin 3 bulan sekali kita memberikan sirkulasi ke darah kita sehingga tubuh secara alami memproduksi darah baru, selain itu juga mengurangi resiko kolesterol dalam darah karena darah kita baru lagi. Sedangkan untuk sedekah, selain pastinya pahala kit abertambah, coba deh sekali-sekali lihat wajah yang kita sedekahi (yang ikhlas ya sedekahnya) kebahagiaan mereka akan menular ke kita dan akhirnya kita juga akan merasa bahagia. Selalu ada win-win solution.

Nah, sepertinya budaya berbagi ini harus lebih gencar diajarkan ke adik atau anak kita deh supaya mereka ada kepedulian ke sesama. Dimana kita lihat sekarang makin banyak orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka lupa kalo ngga mungkin mereka hidup sendirian di dunia ini. Bukan mau menyombongkan diri, sedikit banyak saya sudah menerapkan budaya berbagi ini di kehidupan saya, mulai dari berbagi pikiran, berbagi ilmu bahkan berbagi kehidupan. Dalam berbagi pikiran, setidaknya saya suka mendapat informasi baru yang akan saya bagi ke orang-orang yang memang membutuhkan. Dan juga saya sering memberikan ide dan seringnya saya dapat ide baru juga setelah mendapat jawaban dari orang lain. Dalam berbagi ilmu, sepertinya ngga usah dicari lagi. Dengan kamu membaca blog ini kamu sudah saya berikan ilmu baru walaupun tetap kamu sendiri yang harus mem-filternya. Hobby saya menulis dan membuat video ditambah pengalaman saya pernah mengajar di lembaga pendidikan menjadikan saya kangen untuk membagi ilmu saya. Dan beberapa video tutorial dan travel vlog saya sudah seliweran di Youtube, walaupun ada yang bilang saya agak pamer dengan gaya hidup traveling saya, ya... haters memang selalu ada walaupun maksud kita baik. 

Dan yang terakhir berbagi kehidupan, alhamdulillah saya selalu melaksanakan kewajiban saya dalam bersedekah sesuai dengan kemampuan saya. Saya juga pernah mengajak teman saya berbisnis walaupun beberapa kali dikecewakan partner saya, tapi saya ngga pernah mundur tuh, malah saya terus mendapat teman baru sebagai gantinya. Dan saya juga rutin mendonorkan darah saya. Walaupun kelihatannya menyeramkan awalnya, tapi setelah beberapa kali akan ketagihan sensasinya. Ditambah bisa mendapat kenalan baru disetiap pertemuannya, entah itu dengan sesama pendonor atau mungkin sama susternya... ah sudahlah. Memang berbagi itu ngga akan dapat keuntungan instan. Mungkin kita berpikir "Iya tau, kalo kita baik nantinya dapat pahala, tapi itu kan baru terasa setelah di akhirat nanti". Ya, memang saya setuju dengan pernyataan itu. Pahala memang baru bisa "dicairkan" saat di akhirat nanti, tapi yang mereka ngga pikirkan keuntungan lainnya adalah; mendapat teman dan pengalaman baru itu ngga ternilai harganya karena kita ngga bisa membeli teman yang memang tulus berteman dengan kita dan kita ngga bisa membeli pengalaman yang memang tercipta spontan. Lalu adakah keuntungan finansial alias uang? Saya bisa jawab, ADA. Asalkan yakin dan tekun. Sebagai contoh, awalnya saya ngga punya niat apa-apa saat membuat tutorial di Youtube, tapi sejak awal 2014 ternyata saya bisa menghasilkan uang dari video saya walaupun awalnya ngga banyak, tapi anggap aja ini sebagai hadiah balas budi "murid tak terlihat" saya. Bukan cuma itu, beberapa kali ada penawaran langsung dari penonton Youtube saya antara lain membuat animasi, video promo atau bahkan buku. Walaupun menggiurkan, tetap saya tau diri kemampuan saya. 

Jadi, apakah mau mulai berbagi? Kalau sudah pernah berbagi, maukah memperluas pengalaman berbagi kamu? Tapi perlu diingat, ada kalanya beberapa hal yang tidak perlu kita bagi yaitu identitas dan kehidupan kita sendiri. Selain akan membahayakan diri sendiri,  hal ini juga bisa merusak jati diri kita. Dikala sendiri saya sempat berpikir ; Kalau ngga bisa menjadi manusia super, setidaknya jadilah yang berguna untuk orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar